Aren Semulen ST-1 pengungkit ekonomi masyarakat Rejang Lebong

radarutama.com – Varietas aren lokal dari Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, yang dinamai Semulen ST-1,kini semakin dikenal kalangan petani di sejumlah daerah di Tanah Air,karena memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan tanaman sejenis lainnya.

Varietas aren Semulen yang mengambil nama dari bahasa Suku Rejang –salah satu suku asli di Rejang Lebong dan Bengkulu– yang berarti anak perempuan atau anak gadis. Varietas ini sudah dilepas secara nasional oleh Kementerian Pertanian pada 2018 lalu.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika tanaman jenis palma terpenting setelah kelapa ini menjadi tanaman serba guna yang tumbuh subur dalam 14 dari 15 kecamatan di Rejang Lebong. Hasil tanaman aren atau enau telah menjadi komoditas unggulan daerah itu setelah tanaman kopi serta aneka sayuran.

Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Rejang Lebong, Zulkarnain menyebutkan luas perkebunan aren rakyat di Kabupaten Rejang Lebong saat ini mencapai 2.280 hektare.Daerah inisetiap bulan bisa menghasilkan ribuan ton gula merah atau yang disebut warga setempat “gula batok” lantaran dicetak dengan menggunakan batok kelapa. Harga jual gula batok per kilogram ditingkat petani saat ini Rp15.000-16.000 per kilogram.

Selain untuk produksi gula, tanaman aren juga diambil ijuk dan batang pohonnya untuk bahan kerajinan yang banyak dipesan oleh perajin di Bali. Sedangkan buahnya, yang oleh masyarakat Rejang Lebong disebut beluluk atau kolang-kaling, dijadikan bahan untuk minuman kaleng maupun kolak yang biasanya banyak dijumpai saat bulan Ramadhan. Kolang-kalingsejak beberapa tahun belakangan juga mulai diekspor ke beberapa negara tujuan seperti Arab Saudi, Singapura dan Filipina.

Keunggulan

Keunggulan dari varietas aren Semulen ST-1 ini, menurut Zulkarnain,produksinya pertengahan di antara aren genjah dan aren dalam, tahan hama, mudah tumbuh di berbagai kondisi daerah.

Kemudian, aren Semulen ST-1 ini berproduksi di tahun ke 6-7 dengan jumlah produksi antara aren genjah dan dalam, air nira yang dihasilkan lebih banyak yakni antara 15-30 liter per hari,dan tingginya 10 meter, berbeda tanaman aren lainnya yang bisa mencapai 15 meter atau lebih.

“Bibit aren varietas Semulen ST-1 saat ini sudah kita jual keluar provinsi seperti Aceh, Sumatera Barat, Kepri, ada juga dari Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Gorontalo hingga ke Kalimantan dan lainnya,” katanya.

Melihat berbagai keunggulan yang dimiliki varietas aren Semulen ST-1 ini,Dinas Pertanian dan Perikanan Rejang Lebong mulai menangkarkan benih induk tanaman yang dipusatkan di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)Perbenihan di Desa Air Bening, Kecamatan Bermani Ulu Raya dengan jumlah mencapai 150 batang.

Dengan penangkaran benih indukan ini diharapkan nantinya akan dapat menjaga varietas aren lokal sehingga tidak punah dan menjaga keasliannya.

Selain itu, bibit tanaman aren Semulen ST-1 ini juga sudah ditangkarkan oleh petani di wilayah Kecamatan Padang Ulak Tanding (PUT), di mana bibit aren Semulen ST-1 sudah bersertifikat sehingga bisa dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan di berbagai daerah lainnya.

Bibit aren varietas Semulen ST-1 yang bersertifikat ini disediakan oleh petani penangkardi Kecamatan Padang Ulak Tanding. Stok bibit yang disediakan petani penangkar cukup banyak dan bisa memenuhi permintaan dari petani di dalam kabupaten maupun luar daerah. Dari penangkaran bibit aren lokal yang dilakukan petani di Kecamatan Padang Ulak itu setiap bulanbisa menjual bibit dalam jumlah ribuan batang.

Bibit-bibit ini umumnya dipesan untuk kegiatan penghijauan maupun ditanam khusus oleh dinas pertanian dan perkebunan dari berbagai daerah maupun kelompok petani serta per orangan.

Syarat pernikahan

Untuk mendukung pengembangan usaha perkebunan aren di Kabupaten Rejang Lebong, pihak Desa Sindang Jaya, Kecamatan Sindang Kelingi, bahkan kini telah menjadikannya sebagai program khusus dengan mewajibkan setiap calon pengantin di wilayah itu menyumbangkan bibit aren sebagai syarat pengurusan administrasi pernikahan.

Kepala Desa Sindang Jaya, Andri Jendro Sujarno, menjelaskan pelibatan calon pengantin dalam program pelestarian tanaman aren tersebut sudah ditetapkan dalam bentuk Peraturan Desa (Perdes) Sindang Jaya Nomor 13Tahun 2019.

Dalam Perdes Sindang Jaya Nomor 13 Tahun 2019 ini menyebutkan, setiap calon pengantin dari Desa Sindang Jaya wajib menyerahkan atau menanam minimal 10 batang bibit aren. Selanjutnya,bibit itu ditanam secara bersama-sama di lahan-lahan desa maupun dekat sumber mata air.

Sampai saat ini sudah lebih dari 100 batang aren yang ditanam oleh calon pengantin.

Peraturan desa itu dibuat sebagai upaya pelestarian dan perlindungan tanaman aren di desa tersebut,yakni di lereng Gunung Api Bukit Kaba. Tanaman aren karena memiliki banyak manfaat, salah satunya untuk pelestarian alam serta meningkatkan perekonomian masyarakat melalui usaha pembuatan gula aren.Apalagi,tanaman aren merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Rejang Lebong selain kopi.

Tanaman aren di Desa Sindang Jaya kini elah menjadi sumber penghasilan warga, selain berkebun kopi atau sayuran dengan luasan areallebih dari 50 hektare.

Ekspor kolang-kaling

Pohon aren,di Kabupaten Rejang Lebong sebelumnya ditanam petani di lahan-lahan perbukitan atau lembah serta lahan tidak produktif,bukan dilakukan secara khusus. Namun, belakangan pohon aren mulai ditanam khusus setelah mereka mengetahui keuntungan dari menanam aren.

Koordinator Pascapanen Direktorat Pengelola Hasil Perkebunan Kementerian Pertanian, M Unggul Ametung, saat melakukan pelepasan ekspor 20 ton kolang-kaling yang dihasilkan petani aren di Kabupaten Rejang Lebong dengan tujuan negara Filipina belum lama ini mengatakan,potensi tanaman aren di daerah itu cukup menjanjikan, sehingga harus dikembangkan guna meningkatkan produksi dengan perluasan areal tanam, pembagian bibit gratis dan pengadaan industri turunan lainnya.

“Ekspor kolang-kaling dari Kabupaten Rejang Lebong ini untuk mendukung program Kementerian Pertanian berupa gerakan tiga kali ekspor atau gratieks, sehingga nantinya bisa meningkatkan devisa negara,” kata dia.

Aren sudah menjadi komoditas strategis selain menghasilkan buah yang dinamakan kolang-kaling juga gula aren. Kemudian, batang pohonnya, termasuk lidi dan serat ijuknya maupun akarnya, dapat sebagai bahan kerajinan bernilai tinggi.

Permintaan kolang-kaling selain dari Filipina juga banyak dari negara-negara di Timur Tengah. Hal ini sebenarnya bisa menjaipeluang dan dikembangkan oleh Kabupaten Rejang Lebong, sehingga bisa memenuhi permintaan pasar dari negara-negara di Timur Tengah.

Sedangkan Jean Sagala dari PT Furnindo Sagala Persada, selaku pihak eksportir kolang-kaling asal Kabupaten Rejang Lebong, menyebutkan jika usaha itu sudah ditekuninya sejak 8-9 tahun yang lalu dengan kolang-kaling yang diambil dari Jawa Barat, Banten dan Sumut. Sedangkan untuk kolang-kalingdari Kabupaten Rejang Lebong dilakukan sejak 4 tahun lalu.

“Satu tahun belakangan ini kita telah membuat kesepakatan dengan kelompok petani aren di Rejang Lebong untuk melakukan ekspor langsung ke negara tujuan,namun kualitasnya harus terjamin, dan mereka terima sehingga sampai kini bisa kita lakukan. Semoga kedepannya selalu terjaga,” ungkapnya.

Sejauh ini pihaknya sudah melakukan ekspor kolang-kaling selain ke Filipina juga ke Malaysia dan Singapura. Namun, ekspor terbesar adalah tujuan ke Filipina. Sepanjang tahun 2022 ini pihaknya sudah mengekspor lebih dari 140 ton atau rata-rata 60 ton per bulan.

Tanaman aren di Kabupaten Rejang Lebong saat ini telah menjadi sumber penghasilan tetap masyarakat daerah itu, dan mulai dikembangkan secara luas. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Rejang Lebong sampai dengan akhir 2021,luasan perkebunan aren mencapai 2.280 hektare, dengan jumlah produksi gula aren 5.441,68 ton.

Luasperkebunan aren di Kabupaten Rejang Lebong ini yang terluas berada di Kecamatan Sindang Kelingi, yakni 984,5 hektare, kemudian di Kecamatan Selupu Rejang seluas 592 hektare, dan selebihnya tersebar dalam 12 kecamatan lainnya.

Tanaman aren varietas SemulenST-1 kini tidak hanya sebagai tanaman “sampingan”, tapi telah menjadi komoditas penting bagi masyarakat Kabupaten Rejang Lebong. Tanaman yang memiliki berbagai manfaat, mulai buah, ijuk dan batang pohonnya ini, telah menjadi pengungkit perekonomian masyarakat di daerah dengan Ibu Kota Curuptersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!