Kronologi Silicon Valley Bank Bangkrut dalam 48 Jam, Nasib Dana Nasabah Rp2.712 Triliun Tak Jelas

radarutama.com – Silicon Valley Bank (SVB) di California, Amerika Serikat (AS) mengalami kolaps pada Jumat, 10 Maret 2023 waktu setempat. SVB, yang merupakan bank terbesar ke-16 di AS berdasarkan aset, bangkrut dalam 48 jam usai perusahaan mengalami krisis modal.

SVB adalah bank pemberi modal startup yang didirikan pada 17 Oktober 1983. Pada akhir 2022, SVB memiliki aset US$209 miliar setara Rp3.232 triliun dan deposito sekitar US$175,4 miliar atau setara Rp2.712 triliun. Kronologi kejatuhan bank tersebut terjadi dalam waktu cepat.

Pada Rabu, 8 Maret 2023, SVB mengumumkan telah menjual banyak sekuritas yang merugi. Perusahaan menjual US$2,25 miliar dollar atau setara dengan Rp38 triliun saham baru untuk menopang neraca keuangan.

Hal itu memicu kepanikan di antara perusahaan pemodal ventura utama, yang kemudian dilaporkan menarik dana mereka di bank tersebut.

Pada Kamis, 9 Maret 2023 perusahaan merencanakan penggalangan dana sebesar US$ 1,75 miliar dollar atau setara dengan Rp27,13 triliun untuk tujuan memperkuat modal.

Rencana tersebut direspons negatif oleh para investor. Penarikan dana besar-besaran dari SVB dilakukan, terutama oleh perusahaan pemodal utama bank tersebut. Akibatnya harga saham anjlok 60 persen. Situasi ini menyeret bank-bank lain untuk ikut jatuh.

Saham-saham kembali merosot pada Jumat, 10 Maret 2023 sebelum pembukaan perdagangan di bursa Nasdaq. Regulator California turun tangan dengan menutup bank tersebut.

Regulator kemudian menempatkan SVB di bawah Lembaga Penjamin Simpanan Federal (FDIC) sebagai pihak yang melikuidasi aset-aset bank.

Kegagalan Silicon Valley Bank (SVB) sebagian disebabkan karena Federal Reserve yang mulai menaikkan suku bunga pada setahun lalu untuk mengendalikan inflasi. The Fed bergerak agresif sehingga membuat biaya pinjaman ke bank yang lebih tinggi melemahkan momentum saham teknologi yang menguntungkan SVB.

Suku bunga yang lebih tinggi juga mengikis nilai obligasi jangka panjang yang diterima oleh SVB dan bank lain selama era suku bunga yang sangat rendah hingga mendekati nol.

Pada saat yang sama, modal ventura mulai menyusut, memaksa para pemilik modal untuk menarik dana yang dihimpun oleh SVB. Obligasi yang belum direalisasi dan di saat bersamaan terjadi penarikan masif membuat bank itu duduk dalam kerugian.

Peristiwa kolapsnya SVB adalah peristiwa yang terbesar kedua dalam perekonomian usai Washington Mutual bangkrut sedekade silam tepatnya pada 2008. Peristiwa kebangkrutan tersebut memicu krisis keuangan yang mengakibatkan lumpuhnya perekonomian selama bertahun-tahun.

Sementara itu, otoritas jasa keuangan AS mengatakan kantor utama dan semua kantor-kantor SVB yang ditutup setelah dinyatakan kolaps akan dibuka kembali pada Senin, 13 Maret waktu AS. FDIC mengatakan semua nasabah yang masuk penjaminan akan bisa mengakses dana mereka paling lambat pada hari tersebut.

Akan tetapi, menurut data FDIC, sekitar 89 persen dari dana yang disimpan di SVB senilai $175 miliar dollar Rp2.712 triliun per akhir 2022 tidak masuk dalam penjaminan dan nasib dana-dana itu belum diketahui jelas.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!