Saatnya Pasir Kuarsa Jadi Komoditas Ekspor Andalan Masa Krisis

radarutama.com – nomi dunia memang sedang terombang ambing oleh ketidakpastian. Setiap hari, perkembangannya justru kian mengkhawatirkan.

Konfrontasi militer Rusia – Ukraina di satu sisi dan perang dagang antara Amerika Serikat dan China di sisi lain, berpadu dengan psikologi “strong dollar” di pasar finansial global, membuat banyak negara mulai menyalakan alarm, terancam krisis akibat memburuknya pertumbuhan ekonomi maupun karena menggilanya inflasi.

Di Indonesia, pemerintah berjibaku dengan komplikasi ekonomi. Kenaikan harga-harga komoditas impor, membuat produsen dalam negeri yang bergantung pada bahan baku impor mulai menaikkan harga jual barang mereka.

Bahkan pemerintah bersama Pertamina, telah terlebih dahulu menaikkan harga jual BBM subsidi.

Perpaduan antara naiknya biaya impor bahan baku dan bertambahnya biaya transportasi dalam negeri akibat kenaikan harga BBM domestik, tentu akan mendorong inflasi ke tingkat yang lebih tinggi.

Mereaksi itu, suku bunga acuan Bank Indonesia ikut terkerek naik, yang berisiko menambah beban bagi dunia usaha untuk berekspansi karena biaya kredit investasi akan ikut naik pada ujungnya.

Dari sisi ekspor, muncul peluang untuk mendapatkan konsesi positif di balik risiko pelemahan mata uang kita.

Eksportir seharusnya bisa panen tambahan untung dari selisih konversi dollar AS ke rupiah yang mereka dapatkan dari volume ekspor yang sama. Walhasil, pemerintah akan ikut kecipratan tambahan uang penerimaan negara dari ekspor.

Namun lebih dari itu, sejatinya pemerintah tidak hanya bergantung kepada momen “lucky” semacam itu.

Tapi bijaknya harus super aktif menambah volume ekspor agar berkah pelemahan rupiah bisa dijadikan tambalan untuk menutupi tekanan ekonomi di dalam negeri.

Selain menggenjot produksi komoditas ekspor yang sudah ada, semestinya pemerintah di sisi lain juga mendorong komoditas baru untuk menjadi “champion” baru di pasar internasional.

Salah satunya adalah komoditas di sektor pertambangan. Selain batu bara dan nikel, ada komoditas pasir kuarsa yang sesungguhnya berpeluang menjadi primadona baru di pasar komoditas global.

Sayangnya, sektor ini masih kurang tersentuh oleh pemerintah, baik dari sisi regulasi maupun dari sisi kebijakan-kebijakan suportif yang akan mempercepat terbangunnya ekosistem bisnis komoditas pasir kuarsa.

Seperti yang pernah saya tulis di opini sebelumnya, komoditas pasir kuarsa memiliki manfaat yang sangat dibutuhkan oleh dunia industri nasional dan internasional. Oleh karena itu, pasir kuarsa sudah mulai dicari oleh banyak pihak.

Bahkan dikabarkan sejumlah pengusaha asal China maupun Korea yang bergerak di bidang industri pengolahan bahan baku hasil pertambangan mineral bukan logam, sedang berburu pasir yang satu ini di beberapa daerah di Indonesia.

Kabar terbaru, industri otomotif di Jerman dan di Jepang ternyata sampai menghentikan produksi mobil barunya karena kesulitan mendapatkan microchip, yang salah satu bahan bakunya adalah kuarsa kualitas tinggi.

Hal itu sangat bisa dipahami karena pasir yang satu ini berguna sebagai bahan penolong untuk sektor industri dari mulai industri ban, karet, semen, beton, keramik, tekstil, kertas, kosmetik, elektronik (microchip), cat, film, pasta gigi, dan lain-lain.

Tidak hanya itu, pasir kuarsa juga bermanfaat untuk industri genteng, metal dan logam. Apalagi jika dikaitkan dengan trend global dalam mendorong penggunaan teknologi tinggi di berbagai bidang.

Silikon dioksida, yang merupakan bubuk kristal amorf, biasanya memang digunakan dalam pembuatan tablet di industri farmasi sekaligus sangat penting dalam pembuatan cat dengan daya tahan tinggi di dunia industri.

Pasalnya, pasir kuarsa memiliki kemampuan menyerap kelembapan hingga 120 persen dari beratnya sendiri.

Namun, bila diperkuat dengan silikon ultra murni, boron, galium, fosfor atau arsenik, maka silikon dioksida menjadi sangat strategis.

Material ini menjadi bagian sangat penting di dalam industri elektronik, seperti pembuatan transistor dan sel surya yang kemudian akan digunakan sebagai semikonduktor dalam pembuatan microchip elektronik.

Sebagaimana diketahui, urgensi dan signifikansi microchip sudah tidak perlu diragukan lagi karena menjadi salah satu produk yang menghangatkan perang dagang antara China dan Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir.

Bagaimana Amerika Serikat sedemikian protektif terhadap Taiwan belakangan ini semata karena microchip yang diandalkan dari Taiwan.

Dengan kata lain, komoditas pasir kuarsa tidak saja menguntungkan secara bisnis, tapi juga berposisi strategis secara geoekonomi dan geopolitik.

Dan yang tak kalah menarik, Indonesia memiliki cadangan pasir kuarsa cukup banyak yang berada di banyak lokasi, mulai dari Kalimantan, Sumatera, sampai pulau Bangka.

Pasir kuarsa akan menambah varian komoditas ekspor nasional dari sektor pertambangan, yang akan memperbesar peluang Indonesia masuk ke dalam siklus “global value chain.”

Di satu sisi, devisa negara akan berpeluang naik, bersamaan dengan penambahan kesempatan kerja di sektor pertambangan, yang berpotensi untuk menambah imunitas perekonomian nasional saat berhadapan dengan resesi global .

Dan di sisi lain, kapasitas daya tawar Indonesia di pentas pasar dunia juga akan ikut terkerek naik karena memiliki varian cadangan komoditas strategis dalam jumlah banyak pula.

Untuk itu, pemerintah sangat perlu menggalakkan berbagai macam aktifitas penelitian dan pengembangan untuk komoditas pasir kuarsa ini.

Dukungan dapat diberikan baik melalui alokasi anggaran negara maupun dukungan dari perusahaan pelat merah (BUMN) bidang pertambangan yang bermitra dengan swasta dan pengusaha lokal dalam pengembangan bisnis kuarsa.

Lalu diikuti dengan penyiapan regulasi dan insentif menarik untuk calon-calon investor yang akan menggarapnya, bersamaan dengan sosialisasi dan promosi di pasar internasional yang dapat bekerja sama dengan asosiasi penambang atau pengusaha kuarsa.

Manfaat utama akan diterima oleh pemerintah, baik dalam bentuk manfaat fiskal berupa pajak dan devisa di satu sisi, maupun manfaat ekonomi makro berupa pelebaran tenaga kerja dan penguatan pendapatan serta daya beli masyarakat hingga pada level lokal di sisi lain.

Apalagi dalam situasi ekonomi yang sarat ketidakpastian seperti hari ini, sektor kuarsa dapat menjadi andalan beberapa daerah yang memiliki keunggulan komparatif atas kepemilikan cadangan mineral ini.

Semua prasyarat untuk mulai melirik komoditas baru seperti pasir kuarsa sudah sangat jelas terlihat. Urgensi penguatan sektor ini juga sangat mendesak.

Jadi tidak ada alasan lagi untuk tidak ikut mendorong terbangunnya ekosistem bisnis yang kondusif baik pada tingkat nasional maupun daerah. Semoga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!