Sudah Impor tapi Beras Masih Mahal, Pemerintah Beberkan Alasannya

radarutama.com – Kepala Badan Pangan Nasional ( Bapanas ) Arief Prasetyo Adi menyampaikan bahwa harga beras masih mahal dikarenakan belum memasuki musim panen raya.

Di sisi lain, pemerintah juga sudah mendatangkan beras impor dari sejumlah negara untuk mengisi Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang disimpan di gudang-gudang Perum Bulog.

“Kenapa Januari dan awal Februari masih tinggi harganya? Karena memang panennya belum melebihi dari produksinya dan kita semua tahu, kita paham,” katanya dalam Indonesia Policy Dialogue seperti dikutip dari Antara, Kamis (9/2/2023).

Arief menjelaskan bahwa kebutuhan beras Nasional dalam setahun adalah 30 juta ton, sehingga per bulannya dibutuhkan beras 2,5 juta. Data Badan Pusat Statistik Nasional dari Januari-Desember 2021, terdapat surplus 1,3 juta ton.

Kemudian untuk tahun 2022 terdapat surplus 1,46 juta ton. Sehingga jika ditotal selama 2 tahun terakhir, sebenarnya Indonesia surplus beras 2,7 juta ton.

Jika konsumsi beras per bulan 2,5 juta ton dan surplus beras mencapai 2,7 juta ton, lanjutnya, seharusnya Indonesia mempunyai kelebihan stok beras untuk 1 bulan.

Namun kelangkaan beras masih terjadi karena stok beras tersebut berada di masyarakat, sehingga Pemerintah mengalami tantangan untuk menstabilkan ketersediaan pangan.

Belum lagi produksi beras di Januari 2023 yang hanya mencapai 1,51 juta ton dan otomatis tidak mencukupi kebutuhan beras per bulannya.

“Setelah itu, kalau kita bandingkan antara data produksi dan konsumsi itu memang kurang. Kalau dilihat hari ini berasa ada, di masyarakat ada, tetapi kalau pada level penggilingan atau petani, gabah kering panen itu rebutan,” jelas dia.

Selain kelangkaan ketersediaan gabah kering di level penggilingan dan petani, faktor lain yang menyebabkan harga beras naik akibat adanya penyesuaian biaya produksi.

“Memang sedang membentuk kesetimbangan baru, maksudnya setelah ada adjustment dari bahan bakar, kenaikan biaya biaya, variabel cost yang ada, memang harus ada adjustment (harga),” ucap Arief

Menyambut panen raya yang mulai pada akhir Februari, Bapanas pun optimistis bahwa harga dan stok beras akan kembali melimpah.

Ia juga telah menugaskan Bulog untuk menyerap sebanyak 70 persen hasil panen raya pada Semester 1 dan sisanya 30 persen pada Semester 2. Sehingga Indonesia mempunyai cadangan beras sebanyak 2,4 juta ton.

“Jadi kalau kemarin kita semua fokusnya adalah distribusi di hilir untuk ketersediaan, kalau Februari ke depan, waktunya sampai dengan April biasanya 3 bulan itu, nanti fokus kami adalah bersama Menteri Pertanian dan jajaran untuk melakukan serapan,” jelas dia.

Polemik minyak goreng MinyaKita

Arief juga menanggapi soal kelangkaan MinyaKita. Ia mengatakan tidak ada kelangkaan minyak goreng kemasan di pasaran, melainkan hanya terjadi kelangkaan pada minyak goreng subsidi merek MinyaKita.

“Kemasan premium semua merek itu ada, harganya juga murah, enggak seperti tahun lalu ada yang Rp 17 ribu-Rp 20 ribu. Itu tadi saya pastikan minyak goreng di Indonesia aman, ketersediaan stoknya ada,” ujar Arief.

Arief menuturkan kebutuhan nasional konsumsi minyak goreng mencapai 5 juta ton per tahunnya. Secara rinci 1,6 juta ton untuk curah industri dan 3,4 juta untuk kebutuhan rumah tangga yang terdiri dari 1,1 juta ton ton kemasan premium, 200 ribu ton kemasan sederhana dan 2,1 juta ton kemasan curah.

Permasalahan kelangkaan, lanjutnya, muncul sejak pemerintah memutuskan untuk mengemas ulang minyak curah menjadi lebih premium dengan menghadirkan MinyaKita dan berdampak pada penambahan jumlah konsumen minyak goreng premium subsidi dari menengah bawah ke menengah atas.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link , kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!