Pakar Sebut Kasus Bayi Obesitas di Bekasi Termasuk Ekstrem dan Langka

radarutama.com – Kasus bayi obesitas di Bekasi , Jawa Barat, yang disebabkan oleh kelainan genetik ramai diperbincangkan masyarakat. Dokter spesialis anak dr. Frida Soesanti SpA(K) mengungkapkan, kasus itu juga disertai gejala lain yang tak normal.

Menurut dr. Frida, obesitas akibat kelainan genetik itu merupakan kasus ekstrem yang sangat kecil terjadi di Indonesia, termasuk dengan sasaran yang merupakan bayi berbobot 27 kilogram.

Kasus obesitas bayi akibat kelainan genetik tandanya terlihat pada diri penderitanya seperti nafsu makan yang sangat besar. Adapun kelainan genetik memiliki bermacam-macam jenis, salah satunya Prade Willi Syndrom yang disertai dengan ketiadaan peningkatan tinggi badan.

“Umumnya obesitas karena kelainan genetik atau hormonal, tidak disertai peningkatan tinggi badan. Jadi, anaknya pendek, tetapi (perawakan) gemuk. Sementara pada anak yang kelebihan berat badan, tinggi badannya juga bertambah,” ujarnya pada Minggu, 5 Maret 2023, dikutip Pikiran-rakyat.com dari Antara.

Lebih lanjut, Frida menyinggung kasus obesitas yang berawal dari faktor lingkungan luar, yakni penerapan gaya hidup tidak sehat. Contohnya, para orangtua yang ceroboh membiarkan anak-anak mengonsumsi makanan berkalori tinggi setiap hari, bahkan tanpa meminta mereka melakukan aktivitas fisik.

“Ada pandangan dari keluarga bahwa anak gendut itu lucu. Padahal, kalau kita tahu konsekuensinya, anak obesitas itu tidak ada lucu-lucunya sama sekali,” ujarnya.

Frida mengungkapkan ihwal konsekuensi jangka panjang bagi para penderita obesitas , seperti penyakit tidak menular yang menumpuk menjadi komplikasi serius.

Akhirnya, penderita obesitas juga sangat mungkin menjadi pasien yang memiliki banyak penyakit kronis, seperti diabetes, kolesterol, struk, dan sebagainya.

“Obesitas menyebabkan peradangan di sel-sel tubuh secara terus menerus yang berujung munculnya berbagai penyakit kronis,” ujarnya.

Ibunda bayi obesitas , Pitriah (40), menyampaikan kronologi kisah pertumbuhan anaknya yang sekarang dikategorikan obesitas . Menurut Pitriah, Kenzi masih dalam kondisi sehat dengan berat badan berlebihan itu, terutama tanpa ada keluhan sesak napas atau penyakit lainnya.

“Alhamdulillah anak saya normal, napasnya normal, tidak terlalu ngos-ngosan. Dia tidurnya saja juga terlentang,” ujar Pitriah.

Ditambahkan Pitria, kondisi obesitas Kenzi sudah pernah diberitahukan pada dokter dan ditanggapi secara wajar. “Saya sudah konsultasi ke dokter, juga memang dia pertumbuhannya begitu,” ujar dia.

Meski begitu, Pitria mengaku bahwa Kenzi telah tergantung dengan susu formula yang bisa dikonsumsi empat kali dalam sehari.

Hingga akhirnya, Pitria menyadari Kenzi mulai bertambah berat badan saat menginjak usia enam bulan.

“Karena tidak ASI, pakai susu formula. Sehari bisa empat kali minum susu. Sejak enam bulan mulai naik sekilo, sekilo. Nambah terus,” ujarnya lagi.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!