Pandangan tentang Stalin terbelah 70 tahun usai kematiannya

radarutama.com – Jelang peringatan 70 tahun kematian Joseph Stalin, sikap terhadap pemimpin Uni Soviet masa perang itu beragam di Rusia, negara yang pernah dia perintah dengan tangan besi.

Selama tiga dekade kediktatorannya, Stalin tidak hanya menyaksikan pesatnya industrialisasi dan kemenangan atas Nazi, tetapi juga hilangnya jutaan nyawa akibat pembantaian, kerja paksa dan kelaparan.

Ketika Rusia terlibat lagi dalam konflik dengan Ukraina, kenangan pada sang diktator Soviet itu seperti menyeruak.

“Pertama, terima kasih atas kemenangan (dalam Perang Dunia Kedua),” kata Madina (21).

Seperti kebanyakan warga yang dimintai pendapatnya di jalanan Moskow, Madina juga memiliki pandangan campur aduk terhadap Stalin.

“Kedua, di mata saya dia negatif karena ada banyak kematian. Banyak eksekusi, penembakan, pengusiran, pelarangan seni, dan lain-lain. Jadi tidak mungkin mengambil sikap yang jelas dengan satu cara atau lainnya,” kata perempuan yang enggan menyebutkan nama belakangnya itu.

Stalinmeninggal dunia pada 5 Maret 1953 pada usia 74 tahun.

Meski peringatan tentang dirinya masih tabu dilakukan secara terbuka dan jalan-jalan tidak lagi menyandang namanya, reputasi Stalin dalam beberapa tahun terakhir seakan mengalami kebangkitan.

Jajak-jajak pendapat pada 2021 oleh Levada Centre di Rusia, misalnya, menunjukkan 45 persen responden mengaku “hormat” kepada Stalin, sedangkan 48 persen mendukung pendirian monumen bagi sang tokoh.

“Kenapa saya harus bersikap buruk padanya?” kata warga Moskow, Andrei (31).

Dia memuji Stalin sebagai tokoh pemersatu hebat, yang kemenangannya dalam perang harus diacungi jempol.

Presiden Rusia Vladimir Putin, yang menganggap dirinya pewaris para tsar masa lalu, memiliki penilaian sendiri tentang Stalin.

Dia memuji kepemimpinan Stalin semasa perang, meski mengecam kebijakannya di dalam negeri dengan sebutan “totaliter”.

Sejak awal konflik di Ukraina, Kremlin mengatakan Rusia sedang memerangi “Neo-Nazi” di Ukraina dan menempatkan diri mereka sebagai penerus Stalin yang menuntaskan urusan Perang Dunia II.

Pada Februari, Putin mengunjungi Volgograd, kota yang pada Perang Dunia II bernama Stalingrad, untuk memperingati 80 tahun pertempuran yang menjadi titik balik perang tersebut.

“Sayang sekali, kita melihat bahwa ideologi Nazisme dalam bentuknya yang modern dan manifestasinya sekali lagi mengancam secara langsung keamanan negara kita,” kata dia.

Ukraina mengatakan Putin menunjukkan kebrutalan “genosida” seperti Stalin.

Di kampung halaman Stalin di Gori, Georgia, banyak warga memandang pemimpin Soviet itu secara positif, meskipun negara mereka telah berpisah dengan Rusia dan dukungan bagi Ukraina meluas di sana.

“Mayoritas warga di Gori tentu menghargai Stalin. Sebagai tokoh sejarah, sebagai orang besar dan sebagai orang yang memerintah dengan tangan besi,” kata warga Gori, Jakob Kikriashvili (48).

“Namun, sikap terhadap dirinya telah berubah. Generasi muda lebih agresif memandang dia,” katanya.

Lahir dari keluarga sederhana pada 1878 dan diberi nama Ioseb Dzhugashvili, Stalin muda menghabiskan masa kecilnya di Gori, sebelum pergi belajar di sekitar ibu kota Georgia, Tbilisi.

Saat ini museum Stalin di Gori, yang terletak di jalan Stalin Avenue kota kecil itu, menjadi daya tarik turis paling terkenal dan menarik pengunjung dari seluruh dunia.

Pada 2010, Pemerintah Georgia memerintahkan agar patung Stalin di kota itu dirobohkan karena dia dinilai tidak pantas menerimanya.

Tsotne Gogiashvili, penduduk Gori berusia awal 20-an, mengatakan meskipun orang-orang tua di kota itu masih “memuja” Stalin, generasi muda punya pandangan berbeda.

“Sebagian besar anak muda tidak menyukainya, dan saya pikir itu bagus.”

Sumber: Reuters

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!