Pemkab Probolinggo lakukan asesmen ambruknya jembatan gantung

radarutama.com – Pemerintah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur langsung menerjunkan tim dari sejumlah organisasi perangkat daerah untuk melakukan asesmen terhadap ambruknya jembatan gantung yang menyebabkan puluhan siswa dan guru terjatuh ke sungai Kraksaan-Pejarakan, Jumat.

Akibat peristiwa tersebut, sebanyak 15 orang yang terdiri dari siswa dan guru terpaksa dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Waluyo Jati Kraksaan untuk mendapatkan perawatan medis.

“Saya datang ke lokasi kejadian mewakili Bupati dan Sekda terkait dengan ambruknya jembatan gantung yang menghubungkan Desa Kregenan di Kecamatan Kraksaan dengan Desa Pajarakan Kulon di Kecamatan Pajarakan,” kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Kabupaten Probolinggo Ahmad Hasyim Ashari di Desa Kregenan.

Menurutnya tim dari Pemkab Probolinggo langsung melakukan asesmen dalam rangka penanganan jembatan gantung yang ambruk tersebut, sehingga pihaknya akan melaporkan kepada pimpinan agar jembatan itu segera diperbaiki menggunakan dana belanja tidak terduga (BTT) karena merupakan akses masyarakat di dua desa.

“Insiden itu berawal dari kegiatan jalan sehat yang dilakukan oleh puluhan siswa SMPN 1 Pajarakan dan ketika sampai di tengah jembatan, mereka berhenti dan jembatannya digoyang-goyang,” katanya.

Ia mengatakan, kondisinya sudah tergerus dan kemampuannya sudah menurun dengan beban yang ada di jembatan yang melebihi kapasitas, sehingga jembatan gantung tersebut ambruk.

Sementara Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Probolinggo Hengki Cahjo Saputra mengatakan jembatan gantung tersebut dibangun oleh desa berdasarkan informasi dari masyarakat.

“Untuk langkah-langkah penanganannya masih dilakukan asesmen yang hasilnya nanti diperhitungkan kebutuhan anggarannya, kemudian akan dikoordinasikan menggunakan dana BTT. Harapannya bisa dilakukan penanganan dan perbaikan secepatnya,” ujarnya.

Ia mengatakan, penyebab ambruknya jembatan gantung yang menghubungkan kedua desa tersebut diduga karena kelebihan beban, yakni puluhan siswa secara bersamaan melewati jembatan tersebut dan ditambah sejumlah siswa menggoyang-goyangkan jembatan itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!