Profil Neil Amstrong, Manusia Pertama yang Mendarat di Bulan

radarutama.com – Neil Alden Armstrong atau sering disebut dengan Neil Armstrong merupakan seorang yang dikenal sebagai manusia pertama yang mendarat di bulan pada 20 Juli 1969.

Neil Armstrong lahir di Ohio, Amerika Serikat pada 5 Agustus 1930 merupakan seorang astronot, pilot uji coba, teknisi penerbangan, profesor Universitas, hingga penerbang laut di Amerika Serikat.

Armstrong merupakan anak pertama dari pasangan Stephen Koenig Armstrong dan Viola Louise Engel. Cerita awal mengenai kesukaannya dengan dunia penerbangan adalah saat kedua orang tuanya mengajaknya berkunjung ke pameran kedirgantaraan.

Kesukaannya pada dunia penerbangan semakin terwujud saat usia 16 tahun ia masuk sekolah penerbangan dan mendapatkan sertifikat penerbangan untuk pertama kalinya.

Setelah itu Armstrong meneruskan pendidikannya pada tahun 1947 di Universitas Purdue west Lafauette, Indiana. Semasa kuliah Armstrong mendapatkan GPA atau nilai yang terbaik dan lulus dengan gelar Bachelor dalam studi teknik penerbangan.

Pada saat kuliah Armstrong bertemu dengan kekasihnya yang bernama Janet Elizabeth Shearon dan memiliki tiga orang anak yakni Eric, Karen, dan Mark. Namun akhirnya mereka bercerai dan Armstrong menikah dengan Carol Held Knight dan menghabiskan masa tuanya di Ohio, Amerika Serikat.

Perjalanan Neil Armstrong

Neil Armstrong merupakan peserta program penerbangan antariksa “Man in Space Soonest: tingkatan udara Amerika Serikat dan X-20 Dynasoar. Armstrong bergabung dengan Korps Astronot NASA pada tahun 1962.

Penerbanagn antariksa pertamanya adalah misi Gemini 8 NASA tahun 1966. Pada saat itu juga, Armstrong ditugaskan sebagai pilot komando.

Pilot Uji Coba

Setelah lulus dari Purdue, Armstrong mencoba untuk menjadi seorang pilot uji coba dalam sebuah penelitian eksperimental. Ia mendaftar ke National Advisory Committee for Aeronautics High-Speed Flight Station di Edwards.

Banyak pilot uji coba di Edward memuji kemampuan teknik Armstrong. Beberapa diantaranya datang dari Milt Thompson dan juga Knight.

Milt Thompson menyatakan bahwa Armstrong merupakan “orang yang secara teknis paling mampu dari semua pilot awal X-15”, sedangkan Knight mengatakan bahwa Armstrong merupakan “pilot teknisi terbang dengan cara yang lebih mekanik daripada terbang sesungguhnya”.

Ia terbang sebanyak tujuh kali dengan menggunakan X-15 dan pernah mencapai ketinggian 207.500 kaki dengan X-15-3 dan kecepatan Mach 5,74 (4000 mph atau 6.615 km/h). Sepanjang karirnya, ia telah menerbangkan lebih dari 200 model pesawat.

Astronot

Pada tahun 1958, Armstrong terpilih untuk mengikuti program Man in Space Soonest oleh Angkatan Udara Amerika Serikat. Selanjutnya pada bulan November 1960, Armstrong juga juga terpilih menjadi konsultan pilot bagi Boeing X-20 Dyna-Soar, sebuah pesawat luar angkasa militer.

Deke Slayton memanggil Armstrong pada 13 September 1962 dan menawarkan kesediaan Armstrong untuk bergabung dengan NASA Astronaut Corps sebagai anggota “New Nine”.

Karirnya dalam NASA ia terlibat di berbagai program diantaranya adalah program Gemini 8, Gemini 11, Apollo, Apollo 11, Gemini 12.

Gemini 8

Misi tersebut diluncurkan tanggal 16 Maret 1966; misi ini merupakan yang paling berlilit, dengan pertemuan kembali dan perapatan dengan kendaraan target Agena yang tidak berawak, cara luar kendaraan Amerika kedua oleh Scott.

Totalnya, misi ini direncanakan berlanjut selama 75 jam dan 55 orbit. Setelah Agena bebas landas pukul 10 am EST, Titan II yang mengangkut Armstrong dan Scott meluncur pukul 11:41:02 EST, menempatkan mereka di orbit yang tepat bagi mengejar Agena.

Gemini 11

Tugas awak terakhir bagi Armstrong selama program Gemini merupakan sbg Pilot Komando cadangan bagi Gemini 11, diumumkan dua hari setelah pendaratan Gemini 8. Setelah dilatih bagi dua penerbangan, Armstrong sudah lebih kurang mengerti sistemnya dan semakin mendalami peran pengajarnya for the rookie backup Pilot, William Anders.

The launch was on September 12, 1966 bersama Pete Conrad dan Dick Gordon di dalam wahana, yang berhasil menyelesaikan tugas-tugas misi, sementara Armstrong dijadikan CAPCOM-nya.

Apollo

Pada tanggal 5 April 1967, hari yang sama saat investigasi Apollo 1 merilis laporannya mengenai kebakaran tersebut, Armstrong bergabung dengan 17 astronot lainnya bagi pertemuan dengan Deke Slayton.

Kata-kata yang pertama Slayton lontarkan merupakan, “Orang-orang yang akan menerbangkan misi bulan pertama merupakan orang-orang di ruangan ini”. Armstrong pun menjadi bagian penting dari misi bulan pertama ini.

Apollo 11

Dalam pertemuan yang tidak dipublikasikan sampai penerbitan biografi Armstrong tahun 2005, Slayton memberitahunya bahwa meski rencana awak wahana menyebut Armstrong sbg komandan, pilot modul bulan Buzz Aldrin dan pilot modul komando Michael Collins, ia menawarkan kesempatan bagi mengganti Aldrin dengan Jim Lovell.

Setelah berpikir seharian, Armstrong memberitahu Slayton ia akan tetap bersama Aldrin, karena tidak merasakan kesukaran melakukan pekerjaan dengannya dan mengira Lovell pantas mendapat tugas komandonya sendiri.

Gemini 12

Pada pertemuan bulan Maret 1969 selang Slayton, George Low, Bob Gilruth, dan Chris Kraft menentukan bahwa Armstrong akan dijadikan orang pertama di Bulan, terutama karena manajemen NASA memandang Armstrong sebagai sosok yang sangat berkompeten dengan misi ini.

Mendarat di Bulan

Pada 16 Maret 1966, misi Gemini 8 sangat berperan atas kesuksesan misi Apollo 11 untuk mendarat ke bulan pada tahun 1969.

Pada 16 Juli 1969, misi tersebut dapat direalisasikan melalui misi Apollo 11 dengan tiga astronot yakni Neil Armstrong, Edwin Aldrin, dan Michael Collins.

Setelah suksesnya Armstrong melakukan pendaratan di bulan banyak sekali penghargaan dan apresiasi yang didapatkan sebagai pilot dari Apollo 11 dengan misi manusia yang mendarat di bulan untuk pertama kalinya.

Profesor di Universitas Cincinnati

Setelah penerbangan Apollo 11, Armstrong mengumumkan bahwa ia tidak berencana terbang lagi ke luar angkasa.

Ia mendapatkan jabatan mengajar di Departemen Teknik Penerbangan Universitas Cincinnati setelah memutuskan memilih Cincinnati daripada universitas lain, termasuk alma maternya, Universitas Purdue.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!