Travel  

Nepal Larang Penggunaan TikTok di Sejumlah Destinasi, Ini Sebabnya

radarutama.com – Aplikasi video pendek TikTok secara umum dianggap populer dan digemari di dunia.

Namun, berbeda dengan Nepal . Mereka yang menggunakan TikTok dilarang di sejumlah tempat wisata di negara tersebut, seperti dikutip dari EuroNews, Sabtu (29/10/2022).

Tempat-tempat wisata Nepal telah melarang TikTok dengan tujuan membubarkan ‘kerumunan selfie’ yang mengganggu kedamaian di tempat-tempat suci.

Meski video di aplikasi populer tersebut hanya berdurasi 15 detik, terlalu banyak pengunjung yang berpose dan menari di depan atraksi religi.

Oleh sebab itu, tanda ‘No TikTok’ juga dipasang di situs ziarah Buddha Lumbini, Kuil Ram Janaki di Janakpur, dan kuil Gadhimai di Bara dalam beberapa bulan terakhir.

Alasan di balik pelarangan TikTok

Aturan pelarangan bagi pengunjung membuat konten TikTok ini dilakukan bukan tanpa alasan.

Pengguna TikTok dikatakan secara umum mengganggu ketenangan pengunjung, terutama di tempat-tempat suci.

“Membuat TikTok dengan memutar musik keras akan mengganggu para peziarah dari seluruh dunia yang datang ke tempat kelahiran Buddha Gautama,” kata juru bicara Lumbini Development Trust yang mengelola kuil-kuil di Lumbini, Sanuraj Shakya.

Ia menjelaskan, pengunjung dilarang membuat konten TikTok di dalam situs, di sekitar taman suci, dan di tempat kuil utama.

Tempat wisata ikonik di Nepal diburu Tiktokers

Untuk diketahui, aplikasi TikTok memang sedang naik daun dan banyak generasi muda Nepal ikut dalam tren tersebut.

Menurut survei nasional tahun ini, jumlah responden dengan akses internet melaporkan pengguna TikTok meningkat dari 3 persen menjadi 55 persen hanya dalam waktu dua tahun.

Saat lockdown pandemi Covid-19 berakhir, banyak warga berbondong-bondong berburu tempat wisata ikonik di Nepal.

Tidak hanya situs religi dan sejarah yang menarik perhatian para TikTokers, alam Nepal yang indah seperti salah satunya ladang pertanian juga ikut diburu.

Banyak TikTokers yang membuat konten secara sembarangan, sehingga ladang pertanian milik warga di selatan Nepal pun ikut rusak karena dijadikan sebagai tempat ngonten.

“Lihat, mereka berjalan di sini, mereka menghancurkan segalanya, mereka menginjak pucuk padi saya,” kata petani Jayaram Thapa.

Ia mengatakan, meski sudah diminta berhenti menari karena dapat merusak ladang, mereka tetap tidak mengindahkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!