Populasi Merosot, Penasihat Politik China Usul Wanita Lajang Bekukan Sel Telur

radarutama.com – Pada 2022, pertumbuhan populasi China menunjukkan laju negatif untuk pertama kalinya dalam enam dekade. Menurut rilis Biro Statistik Nasional, ada penurunan 850.000 jiwa dibanding tahun sebelumnya.

Fakta ini mendorong seorang anggota badan penasehat politik China , Lu Weiying untuk mengusulkan wacana izin pembekuan sel telur bagi wanita yang belum menikah.

Dilansir dari Reuters, Lu juga akan mengajukan usulan perawatan kesuburan dalam sistem jaminan kesehatan masyarakat. Langkah ini dipandang Lu sebagai upaya untuk menjaga tingkat kesuburan perempuan China .

Lu yang juga seorang dokter dari Provinsi Hainan mengungkap bahwa izin membekukan sel telur akan memungkinkan wanita lajang ‘mengawetkan’ sel telurnya sebelum melewati masa aktif reproduksi. Meski begitu, wanita tersebut masih perlu menikah jika ingin menggunakan sel telur beku tadi untuk hamil di masa mendatang.

Saat ini, perawatan kesuburan seperti In Vitro Fertilisation (IVF) dan pembekuan sel telur memang masih dilarang bagi wanita lajang di China . Usulan Lu ini akan disampaikannya pada Chinese People’s Political Consultative Conference (CPPCC) yang akan diadakan 4 Maret mendatang.

Menurunnya populasi China tak lepas dari faktor One Child Policy yang mulai diterapkan pada 1980 hingga 2015. Kebijakan ini mengatur tiap keluarga hanya boleh memiliki satu anak.

Meski Presiden Xi Jinping akhirnya memperbolehkan setiap keluarga untuk mempunyai maksimal 3 orang anak sejak 2021, tetapi ongkos hidup yang tinggi termasuk meroketnya harga properti dan biaya pendidikan membuat masyarakat enggan memiliki banyak keturunan.

Selain soal biaya, masalah sosial seperti ketimpangan pembagian peran domestik dalam keluarga juga mendorong banyak perempuan untuk melajang.

Menurut Reuters, diskusi mengenai penting tidaknya memiliki keturunan telah menjadi salah satu trending topic di media sosial China . Salah satu warganet berpendapat bahwa keengganan perempuan memiliki anak disebabkan oleh kegagalan masyarakat dan kaum pria mengambil peran dalam pengasuhan.

Selain jumlah kelahiran yang merosot, saat ini seperlima dari komposisi demografi China merupakan masyarakat berusia lanjut yang tak lagi produktif. Diramalkan oleh PBB, pada 2040 populasi lansia di China akan mencapai 429 juta jiwa, sehingga lambat laun akan berimbas pada laju perekonomian.

Pada Oktober 2022, Xi Jinping berjanji untuk menyusun strategi pengembangan populasi di samping meringankan beban ekonomi masyarakat berkeluarga.

“Kami akan menyusun strategi pengembangan populasi , menciptakan kebijakan untuk mendorong angka kelahiran, dan menurunkan biaya kehamilan, bersalin, pengasuhan, dan pendidikan,” kata Xi dikutip dari The Guardian.

Selain itu, Xi juga berkomitmen untuk secara proaktif mengembangkan strategi dalam merespons populasi China yang menua dan menciptakan program layanan perawatan lansia.

Komitmen pemerintah telah melahirkan beberapa kebijakan baru di berbagai provinsi. Salah satu daerah dengan tingkat kelahiran terendah di timur laut China , Jilin misalnya, telah memperbolehkan wanita lajang untuk mengakses IVF.

Selain itu, secara umum, insentif yang diberikan untuk meningkatkan angka kelahiran antara lain dengan menambah jumlah cuti melahirkan, tunjangan keuangan dan pajak, sampai subsidi perumahan bagi keluarga yang memiliki anak.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!