Travel  

Wujudkan Mimpi, Dua Sejoli Bertualang Keliling Indonesia

radarutama.com – Suami istri ini punya cara unik untuk mengenal Indonesia dan mempererat hubungan mereka. Keduanya memutuskan bertualang naik mobil keliling Indonesia.

Lewat channel Youtube Roadtrip Indonesia, Denny Hendrawan Piliang atau akrab disapa Bang Den dan Zubaidah yang dipanggil Kak Beda, menunjukkan kekompakan mereka menjelajahi Indonesia. Petualangan itu sudah dimulai sejak 5 tahun lalu, tepatnya 8 Januari 2016.

Kepada detikcom, Bang Den bercerita bahwa perjalanan ini dimulai dari mimpinya. Bang Den punya angan-angan lama untuk lebih mengenal Indonesia. Selama ini, ia hanya melihat Indonesia dari media dan belum sungguh-sungguh mengetahui negara tempatnya lahir dan tinggal.

“Motivasi ingin keliling Indonesia supaya tahu dari dekat seperti apa. Kalau selama ini kita tahu dari buku, majalah, TV, Youtube, kayaknya nggak cukup. Jadi ingin jalan dan melihat dari dekat,” katanya.

Cita-cita itu sendiri mulanya muncul karena Bang Den yang tinggal di Jakarta sering pulang ke kampung halaman orang tuanya di Sumatera Barat. Ketika mudik, Bang Den suka untuk menjajal berbagai jalur dan itu terasa menyenangkan.

Namun keinginan Bang Den untuk benar-benar mengemudikan mobil ke berbagai daerah di Indonesia agaknya tak semudah itu diwujudkan. Tantangan pertama adalah meyakinkan istrinya, Kak Beda untuk mau ikut dengannya.

Perbedaan karakter tak menghalangi petualangan

Bang Den dan Kak Beda memiliki karakter yang berbeda, terutama dalam hal perjalanan karena latar belakang keduanya yang juga bertolak belakang. Bang Den merupakan seniman yang punya jiwa bebas sedangkan Kak Beda dulunya bekerja sebagai manajer marketing di salah satu hotel Jakarta.

“Kak Beda ini beda karakter dengan aku. Kalau aku kan tukang jalan, istilahnya petualang. Kalau Kak Beda murni orang rumahan. Kalau di Jakarta nongkrong di mal, pakai sepatu high heels, tipe-tipe seperti itu,” ujarnya.

“Aku butuh waktu 4 bulan untuk brainstorming sama Kak Beda untuk akhirnya dia bisa mengerti dan siap untuk berangkat,” sambungnya.

Ditengok dari salah satu video Youtube mereka, Kak Beda pernah mengatakan bahwa banyak hal yang dia pikirkan dan pertanyakan kepada suaminya sebelum mau untuk ikut. Salah satunya mengenai kelangsungan ekonomi keluarga mereka karena kehidupan keduanya akan didedikasikan di jalan.

Akan tetapi pada akhirnya Kak Beda mengatakan bahwa ia bukan pembunuh mimpi. Ia ingin mendukung cita-cita Bang Den dan menikmati perjalanan bersama.

Selanjutnya: minim modal tapi sanggup bertahan berkat kebaikan masyarakat

Minim modal tapi sanggup bertahan berkat kebaikan masyarakat

Sebelum memulai perjalanan, Bang Den mempersiapkan kendaraan yakni mobil Ford Everest 2004. Mobil itu diperbaiki sehingga mampu menempuh perjalanan panjang.

“Kita bisa perbaiki cuma kan waktu itu tabungan kita sangat terbatas, yang bisa kita perbaiki, kita perbaiki. Kita tidak bisa menunggu sempurna juga kondisi mobil. Mobil dalam kondisi nyicil, kita jalan itu bawa utang,” kenangnya.

Dengan tabungan seadanya, keduanya mulai berangkat. Bang Den menjelaskan konsep perjalanan mereka memang survival. Artinya, mereka akan mencari uang sambil berjalan.

“Kita bukan tipe orang yang punya tabungan sebanyak itu. Kita coba bikin kaos donasi. Nanti kalau mentok-mentok, kita jualan kaos,” kata dia.

Salah satu sumber pemasukan mereka adalah berjualan kaos bertuliskan Roadtrip Indonesia. Kaos ini dijual melalui media sosial mereka.

“Kita sudah mengerti perjalanan ini akan sampai di titik nadir. Perjalanan ini sangat mungkin kita kehabisan dana yang betul-betul habis. Kita sudah siap untuk itu,” ujarnya.

“Kita punya keyakinan pasti ada solusinya. Mobil pasti ada satu titik kerusakan-kerusakan yang cukup parah mungkin, itu kita sudah kami pikirkan dari awal. Tapi kami punya keyakinan pasti ada solusinya,” ia melanjutkan.

Perjalanan keduanya dimulai dari Jakarta menuju Sabang di Aceh. Selama berada di Aceh, Bang Den menceritakan betapa ia terkaget-kaget. Pasalnya, ekspektasinya sungguh berbeda dengan kondisi di sana.

“Aceh dulu bayangan kita konflik, GAM, sampai kami takut ke sana. Tapi di sana justru kita rasakan paling nyaman. Beda sekali. Pemandangan alamnya juga banyak yang tidak terekspos dan masih natural. Kami cukup betah di sana,” ia memaparkan.

Kebaikan dan keramahan masyarakat juga mereka dapatkan di Nusa Tenggara Timur. Terjadi lagi, ekspektasi dan realita ternyata berbeda.

“Kalau ada di bayangan kan orang Timur digambarkan sosoknya seram, identik dengan dept collector. Tapi ternyata justru ramahnya melebihi orang-orang di Indonesia Barat sana. Keramahannya di luar ekspektasi,” ujarnya.

Selama melakukan perjalanan, Bang Den dan Kak Beda banyak menerima bantuan dari orang-orang yang mereka temui. Banyak yang meminjamkan rumah untuk mereka tinggali. Banyak juga yang menggratiskan biaya perbaikan mobil bahkan penyeberangan antar pulau.

“Tidak perlu menunggu kaya untuk bertualang,” katanya.

“Yang penting adalah kemampuan kita beradaptasi dan berkomunikasi. Attitude menjadi modal kita. Kalau komunikasi kita baik dengan saudara-saudara kita di Indonesia ini, kita akan terpesona dan terkagum-kagum dengan apa yang kita temukan,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!