Pria Ini Dapat Warisan Terbesar Dunia, Eh Bangkrut Gegara Ini

radarutama.comJakarta, CBC Indonesia – Menerima harta warisan seolah mendapatkan rezeki yang tak diduga. Sebab rezeki itu datang begitu saja tanpa perlu dicari dan diperjuangkan terlebih dahulu.

Pandangan awam menyebut mendapatkan harta warisan akan mengubah hidup. Meski anggapan itu barangkali selalu benar, penelitian mengatakan sebaliknya bahwa harapan tak selalu berjalan sesuai yang inginkan.

Ekonom Guido Imbens dan Bruce Sacerdote serta pakar statistik Donald Rubin menunjukkan dalam penelitian tahun 2001, orang cenderung boros untuk rezeki nomplok yang diharapkan datang tak terduga.

Dalam penelitian itu, rata-rata orang di usia 20 hingga 40-an tahun yang diberi warisan atau hadiah finansial bernominal besar akan kehilangan setengah uang mereka. Pasalnya harta tersebut tak dimanfaatkan dengan baik karena boros atau investasi yang tak tepat sasaran.

Hasil penelitian ini pun menimpa Huntington Hartford sebagaimana dilansir BBC News, Sabtu (8/10/2022).

Sebelumnya pria yang hidup dari 1911 hingga 2008 ini adalah ahli waris kejayaan Great Atlantic & Pacific Tea Company. Perusahaan yang didirikan persis sebelum Perang Sipil itu dikenal atas jejaring gerai A&P.

A&P adalah gerai sembako pertama di AS yang tersebar di seluruh penjuru AS. Sejak Perang Dunia I hingga dekade 1960-an, pencapaian mereka serupa dengan yang diraih perusahaan swalayan Walmart saat ini.

Huntington mewarisi kekayaan sekitar US$ 90 juta atau Rp 1,3 triliun saat usianya 12 tahun. Sebagai penyesuaian inflasi, ia mendapatkan setidaknya US$ 1,3 juta atau Rp 19 miliar ketika kanak-kanak. Nominal itu didapatnya setelah dipotong pajak.

Namun Huntington dinyatakan bangkrut di New York tahun 1992 atau 70 tahun setelah ia mendapatkan salah satu warisan terbesar di dunia. Sebagaimana dalam penelitian di atas, Huntington tak memanfaatkan rezeki tersebut dengan baik karena boros atau investasi yang tak tepat sasaran.

Dia kehilangan jutaan dolar untuk membeli perumahan, menciptakan museum seni, dan mendukung perhelatan teater atau pertunjukan lainnya. Dengan demikian, dia mengkombinasikan keterampilan bisnis yang buruk plus gaya hidup yang luar biasa mewah.

Setelah bankrut, Huntington hidup sebagai penyendiri dengan putrinya di Bahama, hingga ia wafat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!