Luhut Sebut Produksi Baterai Kendaraan Listrik Akan Dimulai 2024

radarutama.com – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, produksi baterai kendaraan listrik di dalam negeri akan dimulai pada kuartal kedua 2024.

Dengan langkah tersebut, diharapkan Indonesia dapat menjadi produsen baterai kelas dunia, sekaligus bisa menarik lebih Foreign Direct Investment (FDI) yang kini selama lima tahun terakhir sudah di atas 100 miliar dollar AS.

“Sekarang kita lithium baterai berharap bisa diproduksi pada kuartal kedua di tahun 2024. Kalau semua ini berjalan sesuai dengan rencana kami, kita dapat jadi negara nomor dua di dunia penghasil lithium baterai pada 2028,” kata dia dalam konverensi virtual belum lama ini.

Luhut mengatakan, saat ini, kawasan industri di Kalimantan Utara sedang berupaya memproduksi baterai untuk 3 juta kendaraan listrik.

Ia mengatakan, langkah-langkah yang dilakukan pemerintah untuk mencapai nol emisi sejauh ini berjalan dengan baik.

“Dan kami dorong Hyundai memproduksi 12.000 mobil listrik ini dan jauh lebih dari kecukupan yang kita butuhkan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Luhut mengatakan, pemerintah terbuka dengan teknologi baru untuk mengurangi emisi karbon dengan catatan tidak ganggu pertumbuhan ekonomi nasional.

Dalam kesempatan terpisah, ia juga mengatakan bahwa Indonesia ke depan akan menggunakan sumber daya mineralnya yang kaya seperti nikel, kobalt, tembaga, dan bauksit (alumunium) dalam bisnisnya.

“Lalu itu dikombinasikan dengan sumber listrik yang kompetitif dan melimpah termasuk energi terbarukan seperti tenaga air dan panas bumi untuk lebih menarik investasi yang dapat mengubah perekonomian kita di masa depan,” jelas Luhut.

Indonesia telah berhasil menarik investasi utama untuk baterai Electric Vehicle (EV), seperti CATL dan LG Energy Solution, dua produsen Li-Battery terbesar di dunia. Selain itu, pemain material baterai utama seperti CNGR, BTR, Huayou, BASF, dan GEM telah berinvestasi di Indonesia.

Hal ini akan menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci dalam rantai pasokan global untuk transisi energi.

“Melalui hilirisasi nikel menjadi Baterai Lithium dan Indonesia memiliki cadangan logam utama yang signifikan. Investasi dalam proyek terkait material baterai ini diperkirakan mencapai lebih dari 19 miliar dollar AS,” kata dia.

“Industri Hilir akan terus berlanjut dan dikembangkan di Kawasan Industri di Kalimantan Utara di mana akan menjadi Industri Petrokimia terbesar,” tambah Luhut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!